Kamis, 08 April 2010

PERINGATAN IDUL-ADHA

Para siswa berpartisipasi dalam pemotongan daging Qurban
LINDUNGI ANAK DARI BAHAYA BULLYING
Oleh Hapiningsih Asriah

Kasus Bullying (terror) di lingkungan sekolah jangan dianggap wajar. Bullying bisa terjadi pada semua tingkatan sekolah, mulai dari TK hingga SLTA. Bentuknya bisa berupa pengucilan, pelecehan, pemalakan, intimidasi, ejekan, gossip, fitnah, serta kekerasan fisik atau mental secara luas.

Menurut data PACER Center (organisasi yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup anak dengan keterbatasan), di Amerika Serikat terdapat 3,2 juta anak yang jadi korban bullying pada setiap tahun, dan lebih dari 160.000 anak membolos setiap hari karena trauma dengan terror yang diterimanya di sekolah. Survey yang dilakukan di sebuah SMP di Jakarta Barat menunjukkan bahwa 99%siswa pernah melakukan dan menjadi korban bullying.

Bila Bullying tidak ditanggapi secara serius,pelaku bullying dapat tumbuh menjadi pribadi sewenang-wenang, sementara korban bullying bisa menjadi pribadi yang tidak percaya diri, tertekan, bahkan bisa menjadi pelakunya. Karena itu, lindungi anak dari bullying, baik sebagai korban maupun pelaku.

Masih banyak orang tua yang menganggap intimidasi kakak kelas terhadap adik kelas sebagai tradisi. Demikian juga perlakuan kasar yang diterima anak dari temannya sering diabaikan karena akan berlalu seiring dengan waktu. Saatnya untuk mengubah pandangan tersebut. Jalin komunikasi yang dalam dengananak, berilah perhatian lebih bila anak tiba-tiba murung dan malas ke sekolah.

Penyebab munculnya Bullying:
a. Faktor keluarga.
Pelaku maupun korban bullying biasanya datang dari keluarga “bermasalah”. Keluarga semacam itu biasanya memiliki tingkat pengawasan yang kurang terhadap anak-anaknya. Tindakan bullying menjadi kompensasi terhadap ketidakpuasan anak akan kondisi keluarga.

b. Faktor IPTEK
• Penggunaan internet
  • Penggunaan play station atau game sejenisnya
  • c. Kebiasaan buruk anak seperti: membawa barang-barang mahal atau berlebihan.
Kiat menghadapi bullying:
a. Jalin komunikasi lebih intensif dengan anak.
Biasakan Ajarari anak untuk bersikap self defense dalam arti menghindari diri dari korban atau pelaku kekerasan. Katakan padanya “Kalau kamu dipukul temanmu beritahukan kepada ibu guru”. Bukan malah mengajarkan perilaku membalas atau menggunakan kekuatan dalam mempertahankan diri.

b. Ajarkan pula untuk bersikap asertif atau berani mengatakan “tidak” terhadap hal-hal yang memang seharusnya tidak dilakukan.

c. Jangan biasakan anak membawa barang mahal atau uang berlebihan ke sekolah karena bias berpotensi menjadi incaran pelaku bullying.

d. Pupuk kepercayaan diri anak dengan menyarankan anak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.

e. Cari informasi dengan jelas tentang kegiatan anak di luar sekolah

f. Bina relasi dengan guru dan orang tua murid
Relasi yang baik dengan guru atau orang tua murid lainnya akan memudahkan mendapatkan informasi adanya kasus bullying atau melaporkan kepada guru.